Manusia boleh berencana, tapi tuhan yang menentukan #part2

3 tahun kemudian, tepat nya di tahun 2008. Tulang ku berkembang dengan pesat.




tingkat kemiringannya







selama 3 tahun akhirnya diriku ini sudah menjadi anak SMP. Sudah menjadi remaja baru yang akan mengalami pubertas. Karena itu tingkat perkembangan tulangku harus selalu di pantau. Karena perkembangan scoliosis ku terbilang cepat, sampai lah di tahap dimana tingkat kemiringan tulangku sudah mencapai 80 derajat ke atas. Yang dimana dianggap dokter sudah sangat menganggu aktifitas ku. Memang ku akui pada waktu itu, bentuk badan ku sangat sangat menganggu. Punggung atas sebelah kiri ku menonjol kebelakang sementara bagian sebelahnya hampir menyatu sama pinggang. 

Bisa di bayangin ga? Pokoknya keliatan seperti punuk unta. Semua orang yang lihat juga pasti tahu, there is something wrong with my body.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

nah ini adalah hasil ronsen terakhir ku satu hari sebelom hari operasi


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Walau rajin berenang, mengikuti terapi dan aktif memakai brace. ternyata nasib tetap berkata lain. Mau ga mau aku harus tetep operasi. Aku ga tau apa yang ada di pikiran orang tua ku pada saat itu. Yang aku tahu, orang tua ku sudah memberikan yang terbaik yang mereka bisa. Semua usaha selama 3 tahun terakhir menurut ku sudah lebih dari cukup. Dan inilah yang Allah inginkan. Karena manusia hanya bisa berencana, tapi pada akhirnya Allah yang menentukan. Karena itu aku percaya ini adalah jalan terbaik yang harus aku jalani. Atas keyakinan itu aku bilang kalau aku siap.

Setelah meyakinkan orangtuaku,dokter Rendra mengenalkan kami dengan dokter tulang hebat di jakarta yang bernama Dr Luthfi Gatam. Bertemu di jakarta, kesan pertamaku terhadap Dr Luthfi ini sungguh baik. Beliau ini dokter yang menyenangkan, entah kenapa aku bisa percaya hidup ku ditangan beliau eaa. Benar benar ramah walau beliau itu dokter yang super sibuk. Setelah berkonsultasi dengan dokter Luthfi dan dokter Rendra, orang tua ku setuju untuk mengoperasi tulangku. karena tulang ku yang berbentuk S takut nya akan menjepit sistem syaraf di belakang. Dan dokter Luthfi sendiri yang akan mengoperasi, beliau bilang kalo pen yang tertanam ini akan tertanam seumur hidup. Jadi ga perlu di buka setahun sekali. Dan aku akan di operasi di Rumah sakit Internasional Bintaro (Ramsay Bintaro) karena kebetulan di rumah sakit tersebut merupakan spine center yang fasilitas nya cukup lengkap.

Setelah menjadwalkan tanggal operasi ku yaitu tanggal 15 Juli 2008, aku harus mengikuti fisioterapi pra operasi selama satu bulan. Dikarenakan aku berasal dari palembang, jadi sungguh tidak mungkin untuk rawat jalan, maka dirawat inap lah aku dirumah sakit selama satu bulan sebelom hari operasi tiba. Lagi dan lagi, aku pun meninggalkan masa masa sekolah.

Saat itu umurku hampir 13 tahun. Masih anak dibawah umur, karena itu semua prosedur, resiko, dan semua langkah yang aku jalani, dibawah persetujuan orangtuaku. Aku ga tau apa apa, yang aku tau cuma aku akan operasi, operasi nya gede di jakarta, seru semua keluarga ku dateng, libur sekolah,rame rame, kebersamaan. hore..........

padahal...................kebersamaan gundulmu.

Pokoknya aku se-have-no-idea- itu sama apa yang bakalan aku hadapin.

Ga ada rasa takut. Sedikitpun ga kebayang.

Satu minggu sebelom operasi adalah masa masa yang menurutku cukup berat, karena aku ditargetkan untuk menurunkan derajat kemiringan sebelom operasi, mau ga mau kasur ku di rumah sakit diganti jadi kasur yang bentuknya kayak jaco therapy bed. hmm gimana deskripsiinnya yah..

pokoknya kasusrnya tipis terbuat dari seng seng besi yang dimana ada alat yang menarik leher ku melalui kaki ku. jadi setiap aku meregangkan kaki, nanti leher ku akan ketarik sendiri ke atas supaya tulang ku dipaksakan lurus.

maih ga kebayang ? i let your imagination going whatever it takes deh. sorry i really dont have the picture of it.

yang pasti ga nyaman, disatu sisi pengen cepet operasi biar tidur dikasurnya ini berakhir, tapi disatu sisi kalo operasi harus menghadapi sesuatu yang baru dari hidup. 

Di malam sebelom aku operasi. Aku beraniin diri untuk ngobrol sama papa mengenai operasi yang akan aku hadapin besok. Karena dikeluarga ku kita selalu ngobrol heart to heart dan apa apa selalu disampein. Papa dan mama ku selalu ngajarin demokrasi dari kita kecil. Selalu ada transparansi dalam komunikasi. Thats why dari kecil aku selalu berpendapat dan mempertanyakan apapun yang memenuhi rasa penasaranku. Alias nyablak.


Balik ke cerita, My dad asked me if im afraid with this surgery and i told him im not. And then he told me every risk that i need to face in the future. Papa bilang karena akan ada pen yang di pasang di badanku, badanku akan berubah ga sama dengan anak anak pada umurnya. Papa bilang, kemungkinan besar aku ga kan bisa lari lompat dan duduk like I used to. Papa bilang aku ga boleh bawa beban berat lagi. Dan papa bilang aku ga akan bisa jadi normal. Tapi aku akan bisa bernapas lebih panjang seperti orang orang pada umumnya, badan ku akan lebih tinggi, dan ga perlu minder lagi di katain punuk unta.

To be honest, I dont really care with whats going on in my life. I just want to be like the others tho he said in order to be normal, i will become abnormal.

I just dont want to see my parents feeling sad anymore. Karena satu hal yang aku ingat pada hari itu adalah semua keluarga ku feelin so gloomy. Mereka kayak suram dan menyemangati ku dengan tangisan. Buatku tangisan itu terasa kayak beban. Entah kenapa aku ga suka situasi akward dan terasa seperti dikasihani. Karena itu i promise to myself, there is no tears and i will face it no matter what.

Malam itu aku bilang sama papa, cuma satu yang aku takutin. Takut kalo lagi operasi, tiba tiba aku sadar sendiri dan dokter ga tau kalo aku sebenernya sadar. Dan papa bener bener ketawa sampe ngakak. Papa bilang aku aneh. Lah padahal selama ini aku emang aneh. Terus kita ngobrol seperti biasa, sampe lupa kalo sebenernya besok akan menghadapi hari yang berat.

and those night made me realize, I'm such a lucky daughter in this world. 
I'm grateful to have kind of parents who let me speak every doubt in my mind. 
and stand by my side to face it all together. 

I want to tell papa the reason why i'm not afraid,
because i have them who never let me face it alone. 
Tapi akward ngasih tau nya xixixi


Dan akhirnya 15 Juli 2008 hari bersejarah dalam hidupku. 
Yang aku ingat, pagi pagi semua keluarga ku udah kumpul di kamar tempat ku di rawat. Kita berdoa sama sama. Lalu sekitar jam 10 an aku dibawa ke ruang operasi.
I still remember that day my mom crying so hard and forget what promise that we already made.
Tapi hari itu, bukan cuma mama yang nangis, I saw a watery eyes of my dad.
Entah apa yang di pikiran ku waktu itu. Aku cuma berharap setelah ini hidupku akan baik baik saja.
Dan aku akan jadi anak normal yang tulang nya lurus seperti anak anak lainnya.

Komentar